Indonesia
Oppa & I By : Orizuka & Lia Indra Andriana
Sinopsis;
'Oppa yang lebih asing dari alien.. Aku tidak butuh. Sepasang mata
bulat seseorang gadis menatap ke sekeliling bandara Internasional
Incheon-mengagumi keindahannya dalam hati. Berkebalikan dengan isi hatinya,
ekspresi wajah cantik gadis itu masam, seolah bandara itu mengeluarkan bau
busuk, bukannya harum semilir kopi. Gadis itu menghela napas, lalu duduk di
atas koper pinks yang digantungi kartu pengenal bertuliskan `JANE PARK,
Indonesia. Ia lantas beralih menatap koper lain-berukuran dua kali lipat yang
sedang ia duduki-yang ada di depannya. ''Jae In-a!'' Jae In, gadis itu refleks
menoleh. Seorang wanita cantik semampai berusia pertengahan tiga puluhan
menghampirinya sambil melambai. Jae In kembali menghela napas ''Mian(maaf),
toiletnya penuh,'' katanga dengan suara manis dibuat-buat. ''Kenapa tiba-tiba
bahasa korea?'' tanya Jae In, dalam bahasa Indonesia. ''Apa karena kita sedang
di Korea?''
''Keourom(tentu saja).'' Wanita itu tersenyum manis, sengaja
menyibak rambut saat beberapa pria lewat dan mengagumi posturnya, mebuat Jae In
sukses menganga. ''Eomma, jebal jom (eomma, please deh)!'' Jae In menyahut, tak
sadar dirinya pun sudaah menggunakan bahasa itu. Bahasa yang tak pernah
digunankannya lagi semenjak 5 tahun lalu. Sandy tersenyum simpul melihata anak
gadisnya yangs ekarang menutup mulut dan terlihat salah tingkah. Jae In memang
tak pernah suka menggunakan bahasa Korea. Tidak semenjak lima tahun lalu, saat
kehidupannya berubah drastis. Senyum Sandy berangsur lenyap. Saat ia mengubah
kehidupan anaknya sendiri, secara drastis. Lima tahun lalu, Sandy begitu egois
saat memutuskan untuk bbercerai dengan Jae Bin. Begitu egois untuk memisahkan
Jae In dengan pasangan sehidup sematinya. Begitu egois untuk membuang apa yang
dinamkan keluarga.
Namun, Sandy masih yakin setangah atau lebih dari segala kejadia
ini adalah kesalahan Jae Bin. Mantan suaminya yang kaku dan workholic itu
memilih utnuk menerima panggilan tugas dis Seoul daripada tinggal bersamanya di
Jakarta. Masih jelas di ingatan Sandy saat ia meberi Jae Bin pilihan:mengambil
pekerjaan itu atau bercerai, dan Jae Bin memilih bercerai. Masih jelas pula
rasa sakit di hati Sandy sehingga ia ikut menyanggupi keputusan suaminya itu.
Mantan suaminya. Sandy tadinya hanya ingin menyuci Jae Bin. Tak sekalipun Sandy
menduga bahwa Jae Bin akan lebih memilih pekerjaan daripada dirinya. Sandy pun
tidak ingin kalah, ia harus memperlihatkan pada Jae Bin bahwa tanpanya, ia bisa
hidup dengan baik di Jakarta. Menikah di usia yang sangat mudah-sembilan belas
tahun-membuat psikologis Sandy dan Jae Bin masih begitu labil, hingga mereka
melakukan hal yang orangtua manapaun tak akan melakukan: memisahkan dua anak
mereka untuk tinggal di negara berbeda. Hati Sandy sebenarnya sakit saat
memikirkan itu, namun sekarang ia sudah ada di sini. Ia sdg memperbaiki
kesalahannya. Sebulan lalu, tanpa ia duga, Ja Bin datang ke jakarta dan
mengajaknya ke Seou untuk kembali bersama sebagaikeluarga. Sandy tak
pernahmenyangka Jae Bin akan Sandy tak pernahmenyangka Jae Bin akan Jae In menatap
ibunya-yang sekarang sibuk meilirk jam tangan tiap lima detk sekali-lalu
menghela napas. Jae iN tahu apa yang membuatnya begitu. Sebulan lalu, seperti
sulap, Jae In mendapati ayahnya berdiri di depan pintu flat bobroknya.
Entah
bagaimana ayahanya bisa menemukan mereka dan terbang langsung ke korea. Selama
lima tahun setelah perceraian kedua orangtuanya, Je In hanya berhubungan dengan
ayahnya melalui telepon. Ia tidak memiliki keinginan itnuk chatting, webcam,
atau apapun. Telepon pun hanya datang saat ia berulang tahun, atau untuk
menanyakn kabar. Melihat ayahnua ada di depan flat, ia merasa bingung. Melihat
ayahnya membujuk ibunya untuk ikut dengannya ke Seoul dan bersatu kembali
sebagai keluarga, ia semakin bingung. Seperti semua yang terjadi tidak nyata.
Ia merasa seperti sdg bermimpi. Namum, ia tidak bermimpi. Sekarang ia ada di
sini, d bandara incheon, menunggu ayahnya untuk menjemputnya. Tidak, Jae In tak
senang. Ia tidak senang meninggalkan jakarta. Meninggalkan teman-temannya.
Meninggalkn kehidupannya. Ia tidak suka ditinggalkan jadi ia tidak ingin
meninggalkan. Itu uang ia pahami setelah 5 tahun ini. Namun, pada akhirnya ia
harus meninggalkan semuanya, demi orang yang pernah meninggalkannya. Ironis Jae
In melirik ibunya yangs ekarang sudah mengeluarkan cermin dan sibuk merapikan
rambut. Seharuusnya, Jae In bisa menyalhkannya. Menyalahkan ibuu egois yang
memilih untuk tetap tinggal Di Jakarta mengejar karirnya dan pada akhirnya
gagal, daripada ikut suami demi keharmonisan rumah tangga. Menyalhakn ibu labil
yang mengajukan cerai secara iseng-iseng klalu disanggupi secara serius oleh
suami kakunya. Namun, jika demikian, jae in beraku tidak adil. Ayahnya juga
bersalah. Seperti ibunya, ayahnya sama-sama egois dan tidak memikirkan nasib
anak-anaknya. Ayahnya tega mebawa pergi belahan jiwanya.
Detail Buku:
Judul :
Oppa
& I
Penulis : Orizuka & Lia
Indra Andriana
Penerbit :
-
ISBN : -
ISBN : -
Tebal :
-
Posting Komentar
0 Komentar