Sinopsis:
Matahari musim
panas bersinar dengan cahayanya yang kekuningan ketika kereta api kami sampai
di stasiun Les Arcs. Seorang laki-laki yang berdiri di dalam kereta api
menolongku menurunkan kedua kopor, lalu menyambut tubuh anakku dan diletakkannya
dengan hati-hati di peron. ”Terima kasih, Anda baik sekali,” kataku. ”Saya
tidak dapat menolong Anda sampai di luar stasiun. Tunggulah sebentar. Nanti
akan ada tukang pelat.” Sebelum aku mengucapkan sekali lagi rasa terima kasih,
dia telah melompat ke dalam kereta api yang beberapa detik mulai
bergerak untuk
meneruskan perjalanannya. Kuambil tangan anakku dan melayangkan pandang ke arah
gedung. Seorang laki-laki mendekati tempat kami berdiri. Dari baju luarnya yang
biru disulam dengan nomor-nomor tertentu, aku segera tanggap dialah tukang
pelat itu.
”Dapat saya bantu,
Nyonya?” ”O, ya,” jawabku dengan segera, ”kalau Anda sudi membawakan kedua
kopor ini sampai di luar stasiun, saya akan berterima kasih.” Diangkatnya kedua
koporku ke atas kereta dorong dari kerangka besi, lalu dia menariknya menuju
gedung. Kami mengikuti. ”Nyonya datang dari mana?” tanyanya tanpa menoleh. Dari Jenewa.” ”Bagaimana udara di sana?” ”Jelek.
Jelek sekali. Kemarin malam hujan. Pagi tadi, ketika kami berangkat lagi, langit
masih penuh awan.” ”Nyonya datang untuk berlibur?” ”Ya.” ”Di sini Nyonya akan
menjumpai langit yang selalu terang.” ”Tidak hujan?” ”Oh, sudah hampir enam
bulan tidak hujan.” ”Itu malah menyusahkan.” ”Memang. Beberapa rumah yang
tinggal di bukit dan di ladang anggur mulai kekurangan air.” Kami berjalan
beriringan.
Baca juga
- Gadis Roma Yang Hilang by Donato Carrisi
- Hades by Alexandra Adornetto
- Hajar Rahasia Hati Sang Ratu Zamzam by Sibel Eraslan
Tukang pelat itu
sebentar berhenti, menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu menyeberangi rel kereta
api yang terdapat tepat di depan gedung. Kami mengikutinya, masuk ke ruang
penjualan karcis lalu keluar ke bagian yang lain. Kami sampai di luar stasiun.
Sebuah bus besar berwarna biru berhenti di seberang jalan. Aku mencari wajah
yang kukenal. Tapi tak seorang pun kutemui. ”Ada yang menjemput?” ”Belum
datang. Saya akan menunggu sebentar.” Kuambil lima franc dari tasku, kuberikan
kepada laki-laki itu. ”Terima kasih, Nyonya.” Seperti mengkhawatirkan nasib
kami berdua, dia tidak segera meninggalkan tempat itu. Sebentar melihat
sekeliling, berjalan hilir-mudik, akhirnya menghilang di balik salah satu
pintu. Kupergunakan saat bersendiri itu untuk mengamati
lebih baik mobil-mobil yang berjajar di pinggir jalan, di antaranya beberapa yang
masih baru.
Detail Buku:
Judul : La Barka
Penulis : Nh. Dini
Penulis : Nh. Dini
Penerbit : PT Grasindo
ISBN : 978-979-22-5439-6-
Tebal : -
ISBN : 978-979-22-5439-6-
Tebal : -
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ La Barka “, karya
terbaru Nh. Dini. Untuk mendownload novel “ La
Barka “ karya Nh. Dini silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ La
Barka “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan
kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar