Entah kenapa aku
mau datang ke sekolah malam-malam begini. Atau sebenarnya aku tahu, hanya saja
aku tak mau mengakuinya. Aku harus datang supaya masalah itu tidak tersebar.
Tidak, aku tidak ingin masalah itu sampai tersebar dan kedengaran semua orang terutama
orangtuaku. Mereka sudah menaruh harapan begitu besar padaku, dan selama ini
aku sudah menjaganya dengan prestasi yang kuraih dengan susah payah. Skandal mengerikan seperti
ini sudah pasti akan
memukul perasaan mereka. Kenapa bisa ada yang tahu masalah ini? Kenapa bisa ada
yang tahu selain mereka-mereka yang terlibat? Aku tahu, tak ada satu pun di
antara kami yang akan menceritakannya pada orang lain. Kami semua telah membuat
kesalahan yang teramat besar, dan sebagian dosanya lebih besar daripada yang
lain. Tapi kami semua berada dalam posisi yang
sama. Kami sama-sama takut masalah ini tersebar, dan tak ada satu pun di antara
kami yang sudi membocorkannya pada orang lain.
Baca juga
- Looking for Laskar Cinta by Monica Petra
- Love is The End by Christina Tirta
- Melati Dalam Kegelapan by Sidik Nugroho
Kecuali cewek itu. Tapi masa dia...? ”Halo?” tanyaku, dan suaraku langsung bergema di ruangan kosong itu. ”Ada orang di sini?” Tadinya aku sengaja tak menyebutkan nama, tak ingin ada pihak-pihak tak berkepentingan yang mengetahui urusanku. Siapa tahu ada penjaga sekolah yang lewat atau barangkali guru BP kami yang raksasa itu, Pak Rufus, sedang bertengkar dengan ibunya yang pemarah dan memutuskan untuk menginap di sekolah. Siapa tahu. Tapi pertanyaanku
tidak mendapatkan jawaban sama sekali, dan aku mulai takut. Bukan hanya karena
suasananya mengerikan. Masalahnya, kalau ditanya, sulit bagiku untuk menjaga
kerahasiaan masalah ini, apalagi kalua sampai ada mulut
bocor di antara kami. Seandainya saja ada orang yang mau menemaniku datang ke
sini malam ini. Sialnya, semua orang yang terlibat tidak bisa kuhubungi. Kebetulankah?
Atau ada sesuatu yang telah menimpa mereka? Oke, aku mulai berharap Pak Rufus
dan Pak Jono, si penjaga sekolah bermuka tikus, mendadak muncul lalu menangkapku.
Setidaknya, aku jadi punya alasan untuk pulang. ”Halo?” panggilku sekali lagi
dengan suara gemetar.
Detail Buku:
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978 - 979 - 22 - 9664 - 8
Tebal : 424 hlm
ISBN : 978 - 979 - 22 - 9664 - 8
Tebal : 424 hlm
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Tujuh Lukisan Horor
“, karya terbaru Lexie Xu. Untuk mendownload novel “
Tujuh Lukisan Horor “ karya Lexie Xu silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Tujuh
Lukisan Horor “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya,
silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar