Sabtu, 11 Agustus 2018

Paper Towns by John Green

Novel Paper Towns (Kota Kertas)

Hari terpanjang dalam hidupku dimulai dengan lamban. Aku terlambat bangun, mandi terlalu lama, dan akhirnya harus menikmati sarapan di jok penumpang minivan ibuku pada pukul 07.17 pada hari Rabu itu. Biasanya aku ke sekolah menumpang sahabatku, Ben Starling, tapi Ben ke sekolah tepat waktu, jadi dia tak berguna bagiku. ”Tepat waktu” bagi kami artinya setengah jam sebelum sekolah benar-benar dimulai, sebab setengah jam sebelum bel pertama merupakan masamasa penting dalam kalender sosial kami: berdiri di luar pintu samping yang mengarah ke ruang band dan mengobrol. Sebagian besar temanku bergabung dalam band, dan mayoritas waktu senggangku di sekolah dihabiskan dalam jarak enam meter dari ruang band. Namun aku tak bergabung dengan band, sebab aku mengidap semacam tuli nada yang biasanya diasosiasikan dengan tuli sungguhan. Aku akan terlambat dua puluh menit, yang secara teknis artinya aku datang sepuluh menit lebih awal sebelum jam masuk sekolah. Sambil menyetir, Mom menanyaiku tentang pelajaran, ujian akhir, dan pesta prom. ”Aku tidak percaya prom,” aku mengingatkan Mom ketika dia berbelok di tikungan. Aku dengan piawai memiringkan sereal raisin bran-ku untuk mengakomodasi kekuatan gravitasi. Aku sudah pernah melakukan ini ”Yah, kan tidak ada ruginya pergi bersama seorang teman. Aku yakin kau bisa mengajak Cassie Hiney.” Aku bisa saja mengajak Cassie Hiney, yang sebenarnya baik, menyenangkan, dan imut, terlepas dari nama belakangnya yang benar-benar apes.

Baca juga



Soalnya Hiney juga berarti bokong. ”Aku bukan saja tidak suka prom. Aku juga tidak suka orang yang menyukai prom,” aku menjelaskan, meskipun sebenarnya itu tidak benar. Ben jelas-jelas tergila-gila dengan gagasan menghadiri prom. Mom berbelok memasuki sekolah, dan aku memegangi mangkuk yang sudah hampir kosong dengan kedua tangan ketika kami melewati polisi tidur. Aku melirik ke parkiran murid senior. Honda perak Margo Roth Spiegelman diparkir di tempat biasa. Mom menyetop minivan di kuldesak di luar ruang band dan mengecup pipiku Aku bisa melihat Ben dan teman-temanku yang lain berdiri membentuk setengah lingkaran. Aku menghampiri mereka, dan setengah lingkaran itu merenggang begitu saja untuk menyertakan aku. Mereka sedang mengobrol tentang mantan pacarku Suzie Chung, sang pemain selo dan rupanya tengah menyebabkan kehebohan besar gara-gara berkencan dengan pemain bisbol bernama Taddy Mac.

Detail Buku:­­

Judul         : Paper Towns
Penulis      : John Green
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         : 978 - 602 - 03 - 0858 - 6
Tebal         : 360 hlm

Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Paper Towns “, karya terbaru John Green. Untuk mendownload novel  “  Paper Towns “ karya John Green silahkan klik di sini.

Terima kasih telah membaca “  Paper Towns “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar