Seharusnya aku
menyadari ketidakwajaran malam ini. Meski sedang musim kemarau, hujan turun
dengan deras. Sesekali terdengar bunyi petir menggelegar, keras dan dekat,
membuatku mengira-ngira pohon
manakah yang akan tumbang malam ini. Seekor kucing hitam melompat dari atap,
berhenti di depan endela kamarku untuk berteduh dan membersihkan wajahnya. Lalu,
bagaikan menyadari ada yang mengawasinya, kucing itu menoleh padaku dan
menatapku dengan matanya yang kehijauan menyala dalam kegelapan. Lalu dia
mengeong perlahan, seolaholah memberiku peringatan. Hati-hati. Malam ini akan
ada kejadian yang tidak diinginkan. Bulu kudukku
merinding, membuatku buru-buru mematikan AC. Meski begitu, kamarku tetap terasa
sangat dingin. Terlalu dingin. Gila, ini benar-benar aneh. Biasanya aku hobi
hidup bagaikan penguin, bersantai di dalam kamar bersuhu endah dengan kaus
kutang dan celana pendek sambil menggerogoti es batu, tapi malam
ini hawanya terasa begitu menusuk hingga ke dalam tulang. Perasaan tak enak mulai merayapi
hatiku.
Baca juga
Mungkin karena cuaca ini, mungkin karena kucing yang bisa berbahasa pikiran tadi, tapi mungkin juga cuma karena kebelet pipis lantaran cuaca dingin. Bukan sesuatu yang aneh-aneh banget, kan? Di koridor, jam dinding berdentang dua belas kali. Jadi sekarang sudah tengah malam. Hmm, benar-benar waktu yang tepat untuk adegan I Scream When I Know What You Did Last Halloween. Sayang, adegan
semacam itu tidak terlalu memberi efek untukku. Bukannya aku sok hebat, tapi aku
tidak takut ataupun percaya pada yang namanya setan, hantu, roh gentayangan,
arwah penasaran. Arghh! Ada yang terbang-terbang dan mencakari kepalaku! Oh. Hanya
kupu-kupu yang nyasar ke dalam rumah. Oke, aku tahu, aku sudah bereaksi ekstrem
banget. Tapi itu bukan gara-gara mendadak aku jadi pengecut lho. Semua ini
gara-gara e-mail yang kuterima dua minggu lalu. E-mail yang aneh banget. Halo, Tony, gimana kabarmu? Baik-baik saja,
kan? Sudah lama sekali sejak terakhir kali kamu menulis e-mail untukku. Bahkan, kalau aku nggak salah, kamu tidak
membalas tiga e-mail terakhirku. Yah, aku mengerti, kamu memang bukan tipe
cowok yang hobi membalas e-mail.
Detail Buku:
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978 – 602 – 03 – 1295 – 8
Tebal : 280 hlm
ISBN : 978 – 602 – 03 – 1295 – 8
Tebal : 280 hlm
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Permainan Maut “,
karya terbaru Lexie Xu. Untuk mendownload novel “
Permainan Maut “ karya Lexie Xu silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “
Permainan Maut “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang
lainnya, silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar