Riska melirik jam tangannya, lalu memutuskan untuk kembali ke kelas. Jam istirahat
sudah selesai, dan anak-anak yang lain juga mulai meninggalkan kantin. Sial
baginya, saat dia melewati meja Dini, seorang anak lelaki menabraknya karena terburu-buru.Karena
kehilangan keseimbangan, spontan Riska bertumpu pada apa pun atau siapa pun
yang ada di dekatnya. “Kau tak apa-apa?” Tanya Dini, matanya masih sembap dan
suaranya masih serak. Ternyata lengan Dini yang menjadi tumpuan Riska. Riska
menelan ludah. Gawat! Sesuatu dari tangan tempatnya bertumpu mulai menjalari
tubuh Riska. Dadanya sesak, seolah dipenuhi air hingga ke pelupuk matanya.
Tidak sampai sedetik kemudian, air itu pun mengalir dari kedua sudut matanya.
“Kau tak apa-apa?” Tanya Dini lagi dengan panik diikuti pandangan
khawatir teman-temannya yang lain. Riska menggeleng.
“Aku tak sengaja mendengar
ceritamu tadi.”
“Eh?” “Aku merasakan apa yang kaurasakan,” Riska menatap kedua mata Dini.
Dini tertegun. “Kau pernah mengalami apa yang kualami?”
“Aku merasakan apa yang kaurasakan,” ulang Riska. Dini tidak mengatakan
apa-apa, tapi dia tampak terharu. “Kamu sudah makan, Ris?
Baca juga
Tidak ada rahasia antara dia dan mamanya karena mereka hanya punya satu sama
lain. Papa meninggal ketika Riska masih berumur lima tahun akibat serangan
jantung. Saat itu jugalah untuk pertama kalinya kemampuan Riska disadari oleh
mamanya. Ketika maupun setelah Papa meninggal, Mama tidak pernah menangis sedikit
pun. Bahkan dia selalu berusaha tersenyum. Anehnya, Riska selalu menangis
setiap kali menyentuh mamanya, apalagi Riska juga selalu menjawab “tidak tahu”
setiap kali ditanya apa yang terjadi. Sampai akhirnya, setelah cukup lama
didesak, dia mengatakan, “Karena kata tanganku, Mama sedih.” Saat itulah Mama
sadar akan kemampuan Riska. Anaknya yang saat itu baru berumur lima tahun
mengungkapkan perasaan yang tidak bisa dia keluarkan sendiri. Anaknya menangis
untuknya. Satu-satunya hal yang masih Riska ingat tentang kejadian sebelas
tahun yang lalu itu hanyalah tangisan mamanya yang tumpah sambil memeluknya
karena Riska tidak pernah melihat hal seperti itu lagi hingga
sekarang.Pelajaran olahraga adalah pelajaran yang paling dibenci Riska, apalagi
jika olahraga yang dilakukan berisiko bersentuhan dengan orang lain seperti basket.
Detail Buku:
Judul : Touché
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : -
Tebal : -
ISBN : -
Tebal : -
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam
novel “ Touché “, karya terbaru Windhy
Puspitadewi. Untuk mendownload novel “ Touché “ karya Windhy
Puspitadewi silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca
“ Touché “, untuk ebook, buku, novel dan
karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar