Astrid Zeng
Sleepaholic Jatuh Cinta by Astrid Zeng
Tecla menyandarkan dahinya pada
dinding lift yang sedang membawanya menuju lantai teratas
gedung perkantoran mewah milik
Briar-Rose Group. Semua gara-gara usul tidak masuk akal yang tibatiba muncul
dalam kepala kakaknya, Tatiana, yang memintanya menggantikan dirinya bekerja di
perusahaan calon kakak iparnya. Tecla masih marah pada Tatiana yang
mengejutkannya dengan berita perjodohan yang
sedang ia lakoni. Sekarang kedongkolannya bertambah karena Phillip, si calon
kakak iparnya itu, memintanya untuk memulai hari pertama bekerja tepat di hari
pertama tahun baru. Tanggal 1 Januari! Tecla mendesah kesal saat melirik
sekilas pada jam tangannya. Sepulang kantor nanti ia harus hiber nasi untuk
menutupi jam tidurnya yang berkurang drastis semalam. ”Tegang karena hari
pertama bekerja?” Tanya Aditya sambil tersenyum.Tecla mendongak dan menatap
laki-laki berwajah lembut yang berdiri di sebelahnya dengan cermat. Sesaat tadi
ia melupakan kehadiran Aditya. Kemarin, laki-laki ini juga yang ditugaskan
Phillip untuk menjemputnya di bandara. Dan sepertinya, pagi ini lakilaki ini
juga mendapat tugas memberitahukan apa yang harus ia kerjakan. Aditya yang
tampak rapi dengan setelan kerjanya, berbalik memandang Tecla. ”Kata Phillip,
kamu belum pernah bekerja sebelumnya. Baru lulus kuliah?” ”Ya. Oktober lalu aku
baru diwisuda. Setelah itu aku merayakan
kelulusanku dengan berlibur mengunjungi kakek dan nenekku di Singapura. Baru
beberapa hari yang lalu aku kembali ke Surabaya.” Tecla menjawab dengan senyum
ramah. ”Dan sekarang, sebenarnya aku tidak tegang. Aku hanya sangat kesal!” lanjutnya
dengan sengaja mengerutkan bibir. ”Kesal?” Aditya menatapnya bingung. ”Oh…
ayolah! Orang bodoh mana yang mau disuruh mulai bekerja tepat di tanggal merah
seperti sekarang?” Tecla menunduk, memandangi sepatu Adidas-nya yang sangat
nyaman dan selalu ia pakai ke mana pun. ”Jam tidurku akan berkurang banyak mulai
hari ini,” gerutu Tecla pelan. ”Kamu
bisa menemukan satu orang bodoh itu di sebelahmu. Sekarang.” Aditya tertawa
sambil membetulkan letak dasinya. Pintu lift terbuka tepat di lantai teratas
gedung berlantai 32 itu. Tecla langsung berhadapan dengan tiga lorong besar
berselimut kaca yang terkesan sangat mewah. Tiap lorong seakan menjanjikan mereka
menuju ruangan yang megah. Aditya langsung
mengarahkan Tecla menuju lorong
yang terletak di sebelah kiri mereka. ”Lorong ini menuju ke ruangan Wakil
Presiden Direktur yang sekarang dijabat Phillip. Lorong tengah adalah ruangan
rapat. Biasanya digunakan jika sedang mengadakan rapat khusus pemegang saham. Sedangkan
lorong paling kanan, menuju ke ruangan Presiden Direktur yang sekarang dijabat
oleh Peter, kakak Phillip. Kamu tentu sudah mengenal keluarga Phillip, kan?”
Aditya menjelaskan sambil berjalan di depan Tecla. Di belakangnya Tecla membuntuti
dengan kedua tangan menggenggam erat tali tas ranselnya. ”Aku bahkan belum
pernah melihat bentuk hidung
calon kakak iparku,” uca p
Tecla. Bibirnya membentuk cengiran. ”Dan…, Aditya, aku tidak berniat menyebutmu
bodoh,” lanjut Tecla pada Aditya. ”Aku tahu. Aku juga bercanda tadi.” Aditya
tergelak lalu berbalik memunggungi Tecla. Tecla memandang gaya interior ruangan
yang dimasukinya sambil berdecak kagum. Desainnya modern dan minimalis. Tecla
memasuki ruangan dengan dua meja kantor yang berdampingan. Kedua meja kantor
itu berbentuk sama persis, bahkan semua peralatan dan perlengkapan kantor yang
diletakkan juga sama persis, tertata di atas meja masingmasing. Hanya saja,
ruangan itu tidak memiliki hiasan sama sekali. Tidak ada bunga, pajangan, foto keluarga
besar Phillip, atau setidaknya piagam penghargaan untuk dipamerkan, hingga
terkesan kaku dan dingin. Suara Aditya mengikuti terus di belakang kepalanya sementara
Tecla berkeliling ruangan luas itu ”Lantai
penthouse ini memang khusus untuk ruangan Presiden Direktur, Wakil Presiden
Direktur, dan ruangan rapat khusus untuk board of commissioners. Jadi tidak ada
hal remeh yang dilakukan di lantai ini. Hanya orang-orang penting saja yang
memiliki akses ke lantai ini.” Tecla tidak memedulikan penekanan kata remeh dan
penting yang dikatakan Aditya. Dia terus berjalan berkeliling ruangan, memuaskan mata dengan memandang
ke seluruh penjuru. Ada toilet kecil, ruang dapur mini, dan sofa panjang
berwarna putih tepat di sebelah pintu lorong. Selesai menjelajah ruangan, Tecla
memandang lebih jauh melalui pintu kaca ke bagian dalam ruangan. Ia langsung
bisa memastikan itu ruang kerja
Detail Buku:
Judul :
Sleepaholic
Jatuh Cinta
Penulis : Astrid Zeng
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978 - 979 - 22 - 6089 - 2
Tebal : 320 hlm
ISBN : 978 - 979 - 22 - 6089 - 2
Tebal : 320 hlm
Posting Komentar
0 Komentar