Dee Lestari
Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh by Dee Lestari
Yang Ada Hanyalah ADA Kedua pria itu duduk berhadapan. Kehangatan
terpancar dari mata mereka. Rasa itu memang masih ada. Masa sepuluh tahun tidak
mengaratkan esensi, sekalipun menyusutkan bara. Tidak lagi bergejolak, tapi hangat.
Hangat yang tampaknya kekal. Bukankah itu yang semua orang cari? Sepuluh tahun
yang lalu, mereka bertemu di Georgetown, tepat di bawah plang Wisconsin Avenue,
bermandi teriknya matahari musim panas Washington, D.C. Masing- masing bersama
rombongan teman yang berbeda, banyak yang tidak saling kenal, dan perkenalan
keduanya pun berlangsung datar-datar saja. Tidak ada yang spesial. Washington, D.C.“Dimas, George
Washington University,” Dimas memperkenalkan diri. Wajahnya yang manis membuat
ia selalu tampak tersipu-sipu. Reuben menyambut tangan itu, terasa halus,
sehalus paras dan penampilan orangnya yang terawat. Berbeda dengan dirinya,
guratan wajah yang tegas, setegas jabat tangannya. “Reuben, Johns Hopkins Medical School.” “Bagaimana perjalanan dari
Baltimore tadi?” “Yah, lancar-lancar.” “Saya dengar 295 North dari arah New
York Ave ditutup.” “Kami lewat G.W. Park.” Nada itu terdengar angkuh. Dimas
langsung tahu kalau Reuben termasuk geng anak beasiswa; orang-orang sinis dan kuper
yang cuma cocok bersosialisasi dengan buku. Sementara dari gayanya, Reuben pun
langsung tahu kalau Dimas termasuk geng anak orang kaya; kalangan mahasiswa Indonesia berlebih harta yang
tidak pernah ia suka.Namun, hari itu memang berbeda. Semangat musim panas
sanggup membuat seseorang berbuat di luar kebiasaannya. Malam itu, kedua
rombongan yang tidak pernah bergabung sebelumnya, akhirnya sama-sama terdampar di Watergate Condominium, dalam
satu unit apartemen mewah milik kawan Dimas.
Baca juga
Dimulai dengan makan malam hingga ber-“pesta-kimia” kecil-kecilan. Semua
orang terkapar tanpa terkecuali, di sofa, di atas karpet, di kasur, bahkan di
kamar mandi. Tinggal alunan sayup-sayup musik trance ditambah suara dua orang
bercakap- cakap. “Ini badai serotonin1 pertamaku. Gila, rasanya luar biasa,” ujar Reuben. Sorot matanya menyeberang jauh. “Badai
serotonin,” Dimas menyahut dengan senyum tolol, “istilah yang bagus.” “Saya nggak
mengerti. Kok, ada orang-orang yang malah tidur? Ini adalah momen yang nggak
ada duanya. A milestone.” “Apa yang kamu lihat?” Reuben melihat sekeliling.
Bagaimana ia mampu menjelaskan ini semua? Ia baru saja menemukan cermin yang selama
ini ia cari-cari, dan sekarang sedang menikmati refleksinya. Jangan suruh
bicara dulu. Sejak kali pertama Reuben membaca ulasan Benoit Mandelbrot,
seorang matematikawan Prancis yang dengan revolusioner membuka gerbang baru
untuk memahami ilmu turbulensi, ia langsung merasakan secercah keindahan harmoni
antara dua sisi cermin kehidupan, antara keteraturan dan ketidakteraturan, yang
tertebak dan tidak tertebak.
Detail Buku:
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : PT Bentang Pustaka
ISBN : 978-602-291-167-8
Tebal : -
ISBN : 978-602-291-167-8
Tebal : -
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam
novel “ Kesatria, Putri, Dan Bintang Jatuh “, karya terbaru Dee Lestari. Untuk mendownload novel “
Kesatria, Putri, Dan Bintang Jatuh “ karya Dee Lestari silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca
“ Kesatria, Putri, Dan Bintang Jatuh “,
untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi disini.
Posting Komentar
0 Komentar