Chairil Anwar bukanlah sastrawan yang
hanya merenung di balik meja lalu menulis puisi. Sajak “Diponegoro” yang
petilannya menerakan kata-kata Maju Serbu Serang Terjang, misalnya, ia tuliskan
untuk menggelorakan kembali semangat juang. Melalui sajak ini, ia mengungkap
sosok Diponegoro yang kuat dan liat menghadapi Belanda. Chairil tegas melawan
kolonialisme. Sebuah kutipan populer yang menandakan semangat itu terambil dari
puisi itu: sekali berarti, sudah itu mati.
Baca juga
- The Rules Do Not Apply by Ariel Levy
- The Tales of Beedle the Bard by J.K. Rowling
- The Titan’s Curse by Rick Riordan
Sesudah kemerdekaan, sikap juang
Chairil semakin kuat terlukis dalam puisi-puisinya. Salah satunya adalah sajak
“Krawang Bekasi” yang ditulis berdasarkan pengalamannya saat agresi militer
Belanda I pada 21 Juli 1947. Tapak berkesenian Chairil mencuatkan namanya
sebagai pelopor angkatan 45 yang mendobrak angkatan sebelumnya. Terkenal dengan
potret diri yang ikonik dalam pose mengisap sebatang rokok, Chairil
menghasilkan sajak-sajak yang memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Detail Buku:
Tim Penyunting: Seno Joko Suyono,
Nurdin Kalim, Anton Aprianto, Redaksi KPG
Penerbit: Kepustakaan Populer
Gramedia, 2016
ISBN: 978-602-424-188-9
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 166 halaman
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel
“ Chairil Anwar Seri
Buku Tempo “, karya terbaru Seno Joko Suyono. Untuk mendownload novel “ Chairil Anwar Seri Buku Tempo “ karya Seno Joko Suyono silahkan
klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Chairil
Anwar Seri Buku Tempo “, untuk ebook, buku, novel
dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar