Sinopsis:
Puisi 1 yang unggul
bukan hanya puisi yang minta dibaca ulang terus-menerus, namun juga yang
mengubah cara kita membaca dan menulis. Demikianlah, Chairil Anwar bukan hanya
nama seorang penyair, tapi juga nama untuk sebuah situasi, tepatnya kompleks kekaryaan
yang memungkinkan kita menghidupkan bahasa dan sastra kita. Menempatkan ia
sebagai hanya pembaharu-pendobrak memang layak dilakukan oleh sesiapa yang
menggemari klise dan nostalgia. Sekadar pembaharu bagi saya adalah ia yang hanya
hidup untuk zamannya sendiri: ia hanya melahirkan fashion bagi generasinya,
yang cepat menjadi kedaluarsa; si pembaharu segera menjadi bagian masa lampau
jika kita memandangnya dari arah zaman kita. Tidak demikian halnya dengan
Chairil. Sajaksajaknya menyediakan dasar bagi penulisan puisi sampai hari ini. Atau,
dalam sajak-sajak Indonesia yang terbaik, kita selalu dapat menemukan
jejak-jejaknya.
Baca juga
SENJA DI PELABUHAN
KECIL
buat Sri Ajati Ini
kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang
serta temali. Kapal, perahu, tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau
berpaut. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram,
desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini
tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir
semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Sajak di atas
sepintas-lalu tampak seperti kuatrin konvensional dengan tiga bait berima
a-a-b-b—c-c-d-d—e-f-e-f. Namun ternyata tidak. Dalam syair, misalnya, setiap
larik adalah sebuah kalimat sempurna dengan empat-lima kata, sebuah unit ujaran
atau perian yang lengkap. Dalam sajak Chairil tersebut, setiap larik adalah kalimat
atau frase yang tak lengkap, menggantung, yang hanya secara “tanggung” berusaha
menyambung dengan kalimat atau frase sesudahnya. Terdapat celah bisu-sunyi
antar-frase, antarkalimat, atau antar-larik. Tidak jelas, misalnya, apakah
frase “tidak bergerak” pada pada ujung baris ketiga bait kedua dan “tiada lagi”
pada awal bait ketiga mesti tersambung kepada frase sebelum ataukah sesudahnya.
Detail Buku:
Judul : Aku Ini Binatang Jalang
Penulis : Chairil Anwar
Penulis : Chairil Anwar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-7277-2
Tebal : 388 hlm
ISBN : 978-979-22-7277-2
Tebal : 388 hlm
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Aku Ini Binatang
Jalang “, karya terbaru Chairil Anwar. Untuk mendownload novel “ Aku
Ini Binatang Jalang “ karya Chairil Anwar silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Aku
Ini Binatang Jalang “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya,
silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar