Kamis, 16 Agustus 2018

Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali: Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo Toer

Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali: Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo Toer

DUA JAM PERSIS

Jakarta, 12 Juli 1983
Lebaran 1 Syawal 1403 H. Sudah menjadi kebiasaan, tiap Lebaran adik-adik bersama suami atau istri yang kebetulan ada di Jakarta berkunjung ke rumah Mas Pram, disertai juga anak masing-masing. Sekitar jam 10.00 Cus beserta istri dan anak-anak mendahului datang, tapi ternyata Mas Pram sekeluarga tak ada di rumah. Seperti biasa, mereka sedang berkunjung ke Poncol, ke rumah mertua perempuan Mas Pram. Sekitar jam 14.00 saya sengaja meminjam sepeda balap Hen (anak Mbak Is yang terakhir) untuk mengecek apakah Mas Pram sekeluarga sudah pulang. Kalau sudah, semua dari Jalan Multikarya I akan datang bersama. Istri saya sendiri dengan anak-anak sudah siap di Jalan Multikarya I. Ternyata Mas Pram sudah tiba di rumah. Mbak dan anak-anak pun sudah. Segera saya ucapkan Selamat Lebaran kepada Mas Pram, juga kepada Mbak Pram dan anak-anak. Seperti biasa, Mas Pram mencium pipi saya kiri-kanan dan duduk, bertelanjang dada.

Baca juga


BAKAL GEGER

Jakarta, 22 Juli 1983
Saya datang karena ia minta surat-surat tanah Blora yang saya simpan. Katanya, ia mau urus lewat Opstib. Bagaimana perinciannya, saya tak tahu, dan tak bertanya. Sesudah saya tunjukkan surat-surat itu kepada dia, ia minta sertifikat dan Ipeda difotokopi. Karena pada saya tak ada surat Ipeda, saya katakan, akan saya mintakan dahulu ke Blora. “Aku sungguh tak rela dengan tanah Blora itu!” ia menegaskan. Memang sudah berkali-kali ia mengemukakan pendapatnya itu tentang tanah warisan Bapak di Blora beserta bangunan sekolahnya. Tanah itu sekitar 3.250 m2 luasnya, dan bersama bangunan sekolah, semenjak zaman Jepang, digunakan oleh pemerintah, dan sekarang oleh STN (Sekolah Teknik Negeri) Blora. Ia ingin menempuh jalannya sendiri agar tanah dan sekolah itu dikembalikan kepada dia sebagai ahli waris yang paling berhak, dan ia ingin tanah dan sekolah itu digunakan untuk keperluan yang akan mengingatkan orang kepada perjuangan besar Bapak pada zamannya. Ia sendiri ada keinginan tinggal di Blora, untuk kerja yang lebih tenang dan produktif. Selesai urusan surat tanah, tiba-tiba ia beralih ke soal lain. “Aku dapat bonanza bakalnya, Liek!” katanya, dan terus masuk ke dalam.

Detail Buku:

Penulis      : Koesalah Soebagyo Toer,
Penerbit     : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
ISBN         :
 979-91-0047-X
Tebal         :
266 hlm

Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo  “, karya terbaru Koesalah Soebagyo Toer. Untuk mendownload novel  “  Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo  “ karya Koesalah Soebagyo Toer silahkan klik di sini.

Terima kasih telah membaca “  Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo  “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar