Dee Lestari
Supernova : Petir by Dee Lestari
Jakarta Mawar. Aster. Krisan. Anggrek. Pria itu menggeleng. Bank.
Kekasihnya hanya tertarik pada bunga bank. Bukan karena gila harta, melainkan
semata-mata tak suka tanaman. Main ski ke Swiss. Cokelat Swiss. Jam tangan
Swiss. Pria itu menggeleng lagi. Pisau. Kekasihnya berpendapat pisau Swiss
termasuk salah satu temuan tergenius sepanjang peradaban manusia dan ia sudah
punya sedikitnya dua belas. Tak ada gunanya menambahkan lagi satu. Sepercuma
buang garam ke laut. Sesalah buang gula ke teh hijau. “Tambah ocha-nya lagi, Pak Dimas?” Pria itu mendongak. Ada ribuan pilihan
tempat untuk makan siang di Kota Jakarta, tetapi ia selalu memilih makan sushi
di tempat sama, hampir empat kali seminggu, dan pelayan ini sudah dikenalnya lima tahun lebih, tetapi masih memanggilnya dengan
sebutan “Pak”. Tiap kali tanpa jera Dimas mengingatkan, panggil “Mas”, jangan
“Pak”. Dan, semakin diingatkan semakin ia melanggar. “Heru, kalau kamu sudah
pacaran dengan orang dua belas tahun, kamu mau kasih kado apa?” Dimas bertanya.
Pelayan bernama Heru memandang langit-langit, berusaha lari dari pertanyaan
aneh itu. “Dua belas tahun, Pak?” “Dan jangan panggil saya ‘Pak’.” “Saya belum
pernah pacaran sampai selama itu, Pa maaf.” “Dikira-kira saja.” Heru
mengernyitkan kening.
Baca juga
- Panca Azimat Revolusi Jilid I by Iwan Siswo
- Pasung Jiwa by Okky Madasari
- Peluk Ia Untukku by Tatiek S.
Namun, jendela hidup mereka polos tanpa stiker. Barangkali cuma cinta.
Dan, Cinta tak butuh aksara. Dimas meraih ponsel. Hanya satu tombol untuk menghubungkannya dengan Reuben. Hanya satu nada
panggil, telepon itu diangkat. “... ya!” “Halo, Reuben ”“... tapi, kan, saya
sudah bilang, kalau mau memakai pendekatan kualitatif, Anda tidak bisa
menganalisisnya dengan cara begini, dong!” “Reuben ” “Bubarkan saja ini
penelitian! Ngapain saya ikut susah!” “Ben!” “Ya?” “Kamu ngomong sama siapa,
sih?” “Silakan Anda bawa pulang ini
semua! Buang ke fakultas lain!” “Ya, sudah, deh. Nanti aku telepon lag ” Klik.
Atau, lebih tepat lagi “tut”. Terputus. Dimas menghela napas. Perlahan
meletakkan teleponnya dan meraih poci ocha sebagai ganti. Kekasihnya tidak
butuh apa-apa. Hanya sedikit terapi jiwa. Mungkin sudah saatnya ia menyerah. Me
lewatkan satu lagi hari jadi tanpa cendera mata. Dengan langkah beringas,
Reuben memasuki pelataran rumah Dimas di bilangan Menteng yang senyap. Napasnya
ter sengal-sengal. Pintu yang diketahuinya tak terkunci langsung diterobos
masuk.
Detail Buku:
Judul : Supernova Episode: Petir
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : PT Bentang Pustaka
ISBN : 978-602-8811-73-6
Tebal : 286 hlm
ISBN : 978-602-8811-73-6
Tebal : 286 hlm
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam
novel “ Supernova Episode: Petir “, karya terbaru Dee Lestari. Untuk mendownload novel “
Supernova Episode: Petir “ karya Dee Lestari silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca
“ Supernova Episode: Petir “, untuk
ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.
Posting Komentar
0 Komentar