Hulagu Khan merupakan pimpinan Mongol yang melancarkan ekspansi ke Barat abad 13. Adalah
bangsa bar-bar yang berperang tidak demi kehormatan, tidak pula karena harta,
apalagi wanita. Namun lebih dari itu, bangsa Mongol merupakan pemusnah
peradaban. Datang untuk meluluhlantahkan suatu negeri lantas beranjak
meninggalkannya.Kehancuran Baghdad sebagai kota muslim terbesar pada masanya
menggegerkan negri-negri muslim lainnya. Sebagian dari mereka memilih untuk
menyerah dengan memberi kekuasaan dan membayar upeti. Sebagian lagi memilih
mengibarkan panji jihad melawan bangsa biadab tersebut.Sayang beribu sayang
semua kota muslim tetap dibinasakan, tak terkecuali mereka yang mengaku tunduk,
sebab Hulagu jelas-jelas bukan pemegang janji.
Tinggal satu
negeri muslim terakhir yang harus ia hancurkan demi menikmati seluruh dunia
ini, Bumi Kinanah. Bumi para nabi. Tanah Mesir, yang namanya disebut jelas
dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Berita baiknya, Mesir memutuskan untuk
perang, demi tanah air dan demi diin yang harus ditegakkan ini. Di bawah
pimpinan Qutuz, panglima Baibars dan prajurit lainnya bertempur dengan pasukan
Mongol di bawah komando Kitbuqa Khan. Lembah Ain Jalut, Palestina menjadi saksi
bisu pertumpahan darah, desau pedang, teriakkan sakaratul maut, kelojatan kuda
perang, debu-debu yang berterbangan, dan segala bising peperangan lainnya yang
tumpah ruah jadi satu.
Sinopsis;
Ayahmu Sultan Alauddin Muhammad
Khawarizmi Syah mana mau menganggurkan puluhan ribu tentara begitu saja.
Iktikad baiknya menyebarkan Islam di bumi Mongolia bukan lah kesilapan ”Rentetan
kata-kata bernada kekuatan itu baginya Cuma senandung pelipur lara. Awalnya,
dia tergugah igaunya dibalas orang, dan memang itu yang dia kehendaki, tapi
bukan ketidak sepahaman yang dirinya mau. Alisnya mencuat, membuat kerut dahi
yang begitu kentara Lelaki yang dipanggil Sultan itu tampak tak suka. Sepasang matanya
tajam menyelidik seseorang di depannya.“
Baca juga
- Gajah Mada: Hamukti Moksa by Langit Kresna Hariadi
- Gajah Mada: Sanga Turangga Paksowani by Langit KresnaHariadi
- Ilmuwan Harus Jujur by Drs. Hiskia Achmad
Dua kali telapak kekar nya menghantam meja.
Buah-buah catur jatuh ber gelimpangan, sebagian terpental ke lantai. Amarah
yang diperagakan Sultan sama sekali tak mengejutkan Emir Mamdud. Dia duduk tenang
tanpa gejolak.Tatapan dan geraknya nyaris tak ada yang berubah. Hardikan Sultan
tak ubahnya seperti ucapan selamat malam saja. Tak perlu dihiraukan begitu saksama. Emir
Mamdud berani bersikap demikian karena ia bukanlah sembarang orang. Berbagai keistimewaan
dia miliki, takhanya sebagai Panglima Tertinggi Khawarizmi yang juga tangan
kanan Sultan, namun dia juga anggota keluarga kerajaan.Jihan Khatun nan jelita,
Adik Sultan Jalaluddin, resmi dia persunting menjadi istri terkasih.
Detail Buku:
Judul :
Ain Jalut
Penulis : Indra Gunawan
Penulis : Indra Gunawan
Penerbit :
PT. Elex Media Komputindo
ISBN : 978.602.02.3167.98
Tebal : 407 Hal
ISBN : 978.602.02.3167.98
Tebal : 407 Hal
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam
novel “ Ain Jalut“, karya terbaru Indra Gunawan. Untuk
mendownload novel “ Ain Jalut“ karya Indra Gunawan silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Ain Jalut“, untuk
ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar