Buku ini menyajikan tokoh Syaikh al-Haj Yusuf Abu al-
Mahasin Hadiyatullah al-Taj al-Khalwati al-Maqashshariy atau lebih dikenal
sebagai Syaikh Yusuf Al-Makassari. Gelar syaikh yang disandang putra Makassar
ini memiliki makna universal, yang dalam sejarah Nusantara berhubungan dengan
ulama yang menguasai dunia tasawuf. Ia adalah tokoh historis yang mengembangkan
ajaran etika religius dalam dakwahnya. Ajarannya bersumber dari kitab suci,
tradisi, dan pemikiran tokoh- tokoh sejarah. Ia berhasil membawa Islam sebagai
agama yang berkembang di dalam masyarakat yang majemuk, yang kaya akan
pandangan-pandangan atau nilai-nilai tradisional.
Pijakan utama etika religius Syaikh Yusuf bersumber dari
konsepsi Al-Qur’an tentang manusia dan kedudukannya di dalam alam semesta.
Konsep teologi yang digunakan bercorak sufisme. Menurutnya, “hakikat manusia
sebagai bayangan Tuhan di muka bumi” disebut sebagai konsep Al-Insan Al-Kamil.
Konsep ini berfokus pada spiritualitas yang dapat mengantar manusia ke alam
Ilahiah (alam ketuhanan), melalui potensi batin yang dimilikinya.
Selama
hidupnya, Syaikh Yusuf telah menghasilkan puluhan karya/naskah, yang fokus
utamanya adalah tasawuf dan etika dakwah. Di dalam karya-karyanya juga, Syaikh
Yusuf mengulas tentang kaifiyat dzikir, yaitu dzikir yang mencakup etika
religius lahir dan batin, sebagai pancaran kesempurnaan tauhid, makrifat, dan
ibadah. Ia juga menjelaskan tentang makna kalimat tauhid La ilaaha illa Allah.
Dalam kitab Mathalib Salikin misalnya, Syaikh Yusuf menekankan pentingnya
memahami tauhid sehingga tidak mudah terjatuh pada kemusyrikan.
Sinopsis;
Sejarah Syaikh Yusuf tidak
terlepas dari sejarah suku Bugis-Makassar Sulawesi Selatan. Di antara
sumber-sumber penelitian tentang kehidupan suku Bugis-Makassar adalah pertama,
Lontara atau Lontarak, yakni kitab bacaan yang merupakan rekaman masa lalu
Sulawesi Selatan. Kedua, La Galigo atau I La Galigo, yakni karya sastra Bugis
yang disebut-sebut sebagai karya sastra terbesar tahun 1860 oleh bangsawan
Bugis dari Tanate bernama Collipujie Arung Pancana Toa Datu Tanate. Ketiga,
arsip-arsip atau naskah yang ditulis oleh sarjana asing atau sebagai
arsip-arsip kolonial yang walaupun masih menimbulkan banyak polemik. Istilah
Lontara atau dalam bahasa Makassar Lontarak merujuk pada beberapa pengertian,
yaitu: abjad atau huruf, cerita atau
bacaan, sejenis pohon dan lain-lain yang semuanya menjadi lambang identitas
suku Bugis, Makassar, termasuk Mandar.
Baca juga
- Gajah Mada: Hamukti Moksa by Langit Kresna Hariadi
- Gajah Mada: Sanga Turangga Paksowani by Langit Kresna Hariadi
- Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam Jilid 3 by Adonis
Penguasa Gowa dan Tallo merasa bahwa setelah masuk Islam, peluang menjadi pemimpin seluruh wilAgama Dan Bayang-Bayang Etis Syaikh Yusuf Al-Makasari Sulawesi Selatan yang memang merupakan impian utama, kian terbuka lebar. Begitu kerajaan kembar tersebut menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, kemudian mengajak seluruh penguasa di Sulawesi Selatan untuk mengikuti jejaknya. Penolakan terhadap ajakan ini menyebabkan terjadi perang antara kerajaan Gowa dan Tallo yang telah memeluk Islam dengan kerajaan tetangga yang tergabung dalam aliansi TellumpoccoE yaitu kerajaan Bone, Soppeng, dan Wajo. Perang tersebut dalam Lontara Bugis sebagai Musu’ Selleng (perang Islam).
Detail Buku:
Judul :
Agama
Dan Bayang-Bayang Etis Syaikh Yusuf Al-Makasari
Penulis : Dr.Mustari Mustafa
Penulis : Dr.Mustari Mustafa
Penerbit :
LKiS
ISBN : 979-25-5339-8
Tebal : 206 Hal
ISBN : 979-25-5339-8
Tebal : 206 Hal
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “
Agama Dan Bayang-Bayang Etis Syaikh Yusuf Al-Makasari“, karya terbaru Dr.Mustari Mustafa Untuk mendownload novel “ Agama Dan Bayang-Bayang Etis Syaikh Yusuf
Al-Makasari“ karya Dr.Mustari Mustafa silahkan
klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Agama Dan Bayang-Bayang
Etis Syaikh Yusuf Al-Makasari“, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang
lainnya, silahkan kunjungi di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar