” adi sudah kau kumpulkan
semua uangnya?” bocah bernama gagak itu bertanya dengan suaranya yang malas.
Serupa suaramu saat kau baru bangun tidur, serta mulutmu yang terasa berat dan
lemas. Tapi sepenuhnya dia sadar, dia hanya berlagak. Seperti biasa. Aku
mengangguk. ”Berapa?” Aku coba mengingat-ingat jumlahnya. ”Hampir tiga ribu
lima ratus tunai, ditambah uang yang dapat kuambil dari ATM. Jumlahnya memang
tidak banyak, tapi cukuplah. Untuk sementara ini.” ”Lumayan,” kata bocah
laki-laki bernama Gagak itu. ”Untuk sementara ini.” Aku kembali mengangguk. ”Aku
rasa ini bukan uang hadiah Natal dari Santa Klaus.” ”Yah, kau benar,” jawabku. Gagak
menyeringai dan memandang ke sekeliling. ”Kurasa kau mulai dengan merampok
laci-lacinya, kan?” Aku tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia tahu uang siapa yang
tengah kami bicarakan, sehingga semestinya tidak perlu lagi ada pertanyaan
panjang serta berbelit-belit. Dia hanya merepotkan aku saja.
”Tidak masalah,” kata Gagak. ”Kau benar-benar membutuhkan uang ini dan kau
boleh mendapatkannya minta, pinjam ataupun mencuri. Itu uang ayahmu, jadi siapa
yang peduli, bukan begitu? Ambil sebanyak-banyaknya, dan kau dapat
memanfaatkannya. Untuk sementara waktu. Tapi apa rencanamu setelah uang itu
habis? Uang tidak mirip jamur di hutan tidak bisa tumbuh sendiri. Kau harus
makan, harus punya tempat tinggal. Suatu hari nanti kau akan kehabisan uang.” ”
adi sudah kau kumpulkan semua uangnya?” bocah bernama gagak itu bertanya dengan
suaranya yang malas. Serupa suaramu saat kau baru bangun tidur, serta mulutmu
yang terasa berat dan lemas. Tapi sepenuhnya dia sadar, dia hanya berlagak.
Seperti biasa. Aku mengangguk. ”Berapa?” Aku coba mengingat-ingat jumlahnya.
”Hampir tiga ribu lima ratus
tunai, ditambah uang yang dapat kuambil dari ATM. Jumlahnya memang tidak
banyak, tapi cukuplah. Untuk sementara ini.” ”Lumayan,” kata bocah laki-laki
bernama Gagak itu.
Baca Juga
- Magyk by Angie Sage
- Rihlah Ibnu Bathuthah: Memoar Perjalanan Keliling Dunia diAbad Pertengahan by Ibn Battuta
- 1434: Saat Armada Besar China Berlayar ke Italia by GavinMenzies
”Untuk sementara ini.” Aku kembali
mengangguk. ”Aku rasa ini bukan uang hadiah Natal dari Santa Klaus.” ”Yah, kau
benar,” jawabku. Gagak menyeringai dan memandang ke sekeliling. ”Kurasa kau mulai
dengan merampok laci-lacinya, kan?” Aku tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia
tahu uang siapa yang tengah kami bicarakan, sehingga semestinya tidak perlu
lagi ada pertanyaan panjang serta berbelit-belit. Dia hanya merepotkan aku saja.
”Tidak masalah,” kata Gagak. ”Kau benar-benar membutuhkan uang ini dan kau
boleh mendapatkannya minta, pinjam ataupun mencuri. Itu uang ayahmu, jadi siapa
yang peduli, bukan begitu? Ambil sebanyak-banyaknya, dan kau dapat
memanfaatkannya. Untuk sementara waktu. Tapi apa rencanamu setelah uang itu
habis? Uang tidak mirip jamur di hutan tidak bisa tumbuh sendiri. Kau harus
makan, harus punya tempat tinggal. Suatu hari nanti kau akan kehabisan uang.”
”Tapi aku harus pergi,” ucapku padanya. ”Tidak bisa tidak.” ”Yah, aku rasa kau
benar.” Dia mengembalikan pemberat kertas itu ke meja, lantas meletakkan kedua
tangannya di belakang kepalanya. ”Bukan berarti
melarikan diri bakal menyelesaikan segala
nya. Aku tidak akan menghalangimu sama sekali, tapi seandainya aku jadi
kau, aku tidak akan meninggalkan tempat seperti ini.
Detail Buku:
Judul : Kafka On The Shore
Penulis : Haruki Murakami
Penulis : Haruki Murakami
Penerbit : PT Pustaka Alvabet
ISBN : 978-602-9193-03-9
Tebal : 605 hlm
ISBN : 978-602-9193-03-9
Tebal : 605 hlm
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam
novel “ Kafka On The Shore “, karya terbaru Haruki Murakami. Untuk mendownload novel “
Kafka On The Shore “ karya Haruki
Murakami silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca
“ Kafka On The Shore “, untuk ebook,
buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar