Bangunan kosong itu
sudah tidak pernah digunakan lagi, namun tidak dirobohkan juga Konon, bangunan
bekas ruangan musik itu dihantui oleh siswa teladan sekolah ini yang tewas di
dalam bangunan itu. Konon, siswa malang itu ditikam berkalikali oleh sahabatnya
sendiri yang cemburu berat, tidak hanya terhadap prestasi siswa teladan
tersebut, melainkan juga karena cewek yang disukainya jatuh cinta pada si siswa
teladan. Konon, rasa cemburu yang berlebihan membekas dalam ruangan itu hingga
puluhan tahun, menebarkan kebencian di sekolah, dan menyebabkan sekolah itu
dikutuk untuk selamanya. Kecemburuan berlebihan yang sama juga menyebabkan masalah
besar di sekolah belakangan ini. Kecemburuan
berlebihan yang diakibatkan olehku bertahun-tahun lalu, dan kini aku
jugalah yang harus menyelesaikannya. Karena itulah aku mengumpulkan
sekutu-sekutuku di sini malam ini. Kupandangi bangunan
itu dan bergidik. Asal tahu saja, ke sini, bulu
kudukku selalu merinding. Dulu, sewaktu masih bersekolah di sini, aku senang
mengorek-ngorek sejarah sekolah. Saat itulah kuketahui hantu siswa teladan itu
memiliki nama yang sama denganku. Jonathan. Bahkan nama panggilan kami pun
sama, yaitu Nate. Mungkin karena itu, setiap kali ke sini, perasaanku jadi tidak enak.
Baca juga
- Gajah Mada: Hamukti Moksa by Langit Kresna Hariadi
- Gajah Mada: Sanga Turangga Paksowani by Langit KresnaHariadi
- Ilmuwan Harus Jujur by Drs. Hiskia Achmad
Seolah-olah ada seseorang atau sesuatu yang menyambut kedatanganku di sini. ”Nate, Nate. Permainan lo bagus banget sih! Ayo, mainin lagi dong!” ”Nate, udah denger belum? Lo ranking satu lagi!” ”Nate, kenapa lo nggak jadian sama Erlin? Masa garagara si Bejo naksir dia? Lo juga tau, dia kan kagak suka sama si Bejo!” Aku menyentakkan kepala, melupakan kenangankenangan masa lalu yang tidak ingin kuingat lagi. Semua itu sudah
masa lalu, sesuatu yang tak bakalan bisa diulang dan diperbaiki lagi. Aku lebih
tertarik memikirkan masa depan. Itu sebabnya di dalam otakku hanya ada rencana,
rencana, dan rencana ”Nate?” Aku berpaling dan menatap wajah sobat lamaku sejak
belasan tahun lalu. ”Halo, Erlin.” Erlin tersenyum dan berdiri di sebelahku
seraya memandangi bangunan kosong itu. ”Masih juga takut masuk ke sana?” Aku
memandanginya dengan kejengkelan yang tak kusembunyikan. ”Sejak kapan aku
pernah takut?” ”Ah ya.” Nada suara Erlin terdengar mengejek salah satu hak
istimewanya sebagai sahabatku. Kalau orang lain yang bersikap kurang ajar
begini, sudah pasti akan aku tidak mudah
ketakutan. Namun, setiap kali dating kupreteli mukanya.
Detail Buku:
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-0900-2
Tebal : 472 hlm
ISBN : 978-602-03-0900-2
Tebal : 472 hlm
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Sang Pengkhianat “,
karya terbaru Lexie Xu. Untuk mendownload novel “ Sang
Pengkhianat “ karya Lexie Xu silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Sang
Pengkhianat “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya,
silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar