Dulu di sebuah pesantren, ada dua
orang kiai yang berdebat tentang hukum kesenian. Salah seorang dari mereka
bersikeras bahwa kesenian itu syirik, bahkan haram. Kami para santri
menyaksikan perdebatan itu dengan hati berdebar. Dari kejauhan, terdengar suara
musik dari loudspeaker. Kiai yang saya kisahkan itu mulai meledak-ledak dan
menyebut seni itu haram, tetapi kedua kakinya bergerak-gerak mengikuti irama
musik dari kejauhan.
Baca juga
- Gajah Mada: Sanga Turangga Paksowani by Langit KresnaHariadi
- Hajar Rahasia Hati Sang Ratu Zamzam by Sibel Eraslan
- No Place To Hide by Glenn Greenwald
Melalui buku ini, Emha Ainun Nadjib,
menguliti dalam-dalam perkara kemusliman “birokrasi”. Ketaatan yang penuh rasa
“takut pada atasan”, bukan kecintaan dan pengabdian pada Tuhan. Semua kemudian
berputar pada surga dan neraka, halal dan haram, pahala dan dosa. Detail-detail
ritual yang malah memicu perbedaan pendapat antarumat, serta dengan gampang
mengkafirkan orang lain. Dalam kegelisahannya, Emha seolah berbicara pada
naluri kita dan berkata, “Apa tidak malu kita kepada-Nya, pada akal dan
perasaan kita sendiri?”
Detail Buku:
Penerbit: Bentang Pustaka, 2015
ISBN: 9786022910770
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 428 halaman
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel
“ Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai “, karya terbaru Emha Ainun Nadjib. Untuk mendownload novel “ Anggukan
Ritmis Kaki Pak Kiai “ karya Emha Ainun Nadjib silahkan
klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai “, untuk ebook,
buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar