Sinopsis :
Aku hanyalah ulat kecil, dan
kamu, gadis manis berambut sebahu. Kamu
muncul dari balik daun yang sedang kugigiti. Saat ini rasa laparku sungguh berlebihan.
Aku harap kamu mengerti. Kukunyah daun, menikmati rasa manisnya. Angin berbisik
padaku, agar aku makan sebanyak mungkin. Itulah tanda agar aku mengikuti aliran
Rencana Akbar Semesta. Kelak kamu mengetahui, pilihan-pilihan hidupmu adalah
cara mengalir menuju Rencana Akbar Semesta. Kamu tak perlu takut. Mata cokelat
madumu mengamatiku. Sungguh kamu gadis paling cantik yang pernah kulihat, meskipun
kamu selalu muram. Andai aku manusia, aku ingin secantik kamu. Aku ingat, kali
pertama bertemu denganmu. Angin saat itu sedang nakalnya mengerjaimu,
menerbangkan suratmu tinggi. Hingga akhirnya, surat cintamu tersangkut di
dahan. Kamu memekik kesal. Sebab kamu tahu, pohon besar di hadapanmu berhantu.
Gosip itu turuntemurun menjadi warisan murid-murid sekolah ini. Banyak yang
memercayai, penunggu pohon ini; Jin, Kuntilanak dan sebangsanya. Padahal jelas,
penunggunya bukan hantu, tapi aku! Terpaksa kamu harus memanjat, dan setelah tanganmu
berhasil mendapatkan surat cinta itu, alih-alih kamu turun dari pohon, kamu
malah menangis memeluk surat cintamu. Kamu mengerang kesal tidak berani
menyelipkan surat cinta itu ke dalam tas seseorang yang kamu sukai. Pun kamu menangis
sejadi-jadinya. Sampai angin semribit, menggoyangkan dedaunan pohon. Perlahan
isakanmu surut menikmati sentuhan tangan-tangan angina yang mencoba menghapus
basah air mata di bukit pipimu. Lega, kamu pun turun. Baru setengah turun dari
pohon, matamu mendarat ke arahku yang asyik menggeliat. Kamu menahan napas. “Waaahh
ulat lucu. Halo ulat, namaku Rima.” Kamu memperkenalkan diri. Hampir setiap jam
istirahat kamu datang ke pohon ini. Tidak memedulikan baju dan rok abu-abu sekolahmu
kotor. Kamu selalu tahu keberadaanku. Kamu senantiasa memperhatikan diriku
sambil memakan bekalmu. Pun kamu begitu baik, mau memetikkan daun terhijau dari
pohon dan menaruh nya di depanku. Apalagi ketika waktu menyihirku untuk berganti
kulit. Warna tubuhku hijau ber campur garis biru di bagian kepala dan punggung.
Kamu begitu terkejut, terpesona pada kulitku. “Sekarang aku manggil kamu Undut,
yah.” Kamu mengurai senyum. “Soalnya kamu makin lucu dan gendut.” Aku suka nama
Undut, baru kali ini aku bernama. Apalagi kamu mengatakan sebenarnya aku
memiliki nama lain, Caterpillar, belum lagi nama latin, ujarmu. Jujur saja, aku
lebih suka Undut. Sembari terus melahap daun, kuucapkan terima kasih, meski
kamu tidak tahu. Namun pedih diriku ketika dari bibirmu bergulir cerita cintamu
yang tak terbalas. Ternyata dirimu jatuh cinta pada seorang pemuda bernama; Hafi
zh. “Aku masih nggak berani mengatakan cinta pada Hafi zh, Ndut. Aku takut
ditolak sama dia.” Matamu kembali sendu. “Aku sangat mencintai dia. Dia
matahari dalam hidupku.” Pandangan
matamu menerawang jauh, seolah kamu berkelana ke pelosok nun, kurasakan desir purba
keinginan dari dalam diriku. Pun aku ingin pergi ke pelosok nun itu. Ke
tempat-tempat rahasia, tempat yang tidak bernama namun ada, barangkali itulah
ujung dunia. “Aku cuma ingin Hafi zh, Ndut, nggak mau yang lain,” ujarmu penuh
harap. “Walau Hafi zh kenyatannya sudah punya pacar.” Tak lama, air matamu
berguguran. Kamu terisak tak terkira. “Aku tahu, ada impian-impian yang tidak
pernah terwujud, tapi salahkah kalau aku terus menunggu menjadi nyata? Aku tak
mau menyerah mencintainya hingga aku tiada nanti.”
Detail Buku:
Judul :
Culun Love Story
Penulis : Reni Erina
Penulis : Reni Erina
Penerbit :
PT Elex Media Komputindo
ISBN : 978-602-02-3170-9
Tebal : 416 hlm
ISBN : 978-602-02-3170-9
Tebal : 416 hlm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar