Aku suka menatap
langit. Ada secercah rasa damai setiap kali aku terhanyut ke dalam
bintang-bintang yang bersinar begitu terang. Pada saat itu pula, aku sering
mendengar suara-suara. Bagaikan mimpi dahulu kala. Seseorang pernah berkata padaku:
“Kristal, langit itu menghubungkan dunia. Saat kau memandang ke atas, ingatlah
aku pun memandang langit yang sama. Begitu pun kita selalu bersama….” Sejak kecil aku hanya memandang seseorang. Seorang
gadis kecil yang manis dan rapuh. Gadis kecil yang selalu tertawa. Dan bila ia tertawa,
dunia seakan ikut tertawa. Tawa malaikat kecil. Setiap gerakgeriknya mampu
menghipnotisku untuk terus memandangnya. Setiap kata yang ia ucapkan terdengar
bagaikan lonceng surgawi. Entah sejak kapan
aku selalu mengikuti gadis tersebut. Ke mana pun ia pergi, ke sanalah aku akan
melangkah.
Karena saat-saat
aku bersamanya merupakan saat-saat yang selalu aku syukuri. Saat-saat indah
yang ingin kujaga selamanya. Lalu terjadilah tragedi itu. Tragedi yang merampas
semua tawa dari diri gadis tersayangku. Namun, saat itu aku masih terlalu kecil
untuk mampu menjaganya. Aku gagal melindungi tawanya. Hanya dapat menatap
setiap tetes tangisnya yang tersedu-sedu. Tangis yang seakan menikam jantungku.
Semua air mata yang tertumpah di malam kelabu itu mengubah sang gadis kecil. Ia
menjadi dingin terhadap apa pun. Dan sejak saat itu pulalah, kebahagiaan
dirinya menjadi tujuan hidupku. Apa pun akan kulakukan untuknya. Untuk mewujudkan
setiap kebahagiaan yang layak ia dapatkan. Untuk sang gadis yang adalah
hidupku. Gadis itu, Kristal. API. Api. Api. Di mana-mana.
Baca juga
- Gadis Roma Yang Hilang by Donato Carrisi
- Hades by Alexandra Adornetto
- Hajar Rahasia Hati Sang Ratu Zamzam by Sibel Eraslan
Tirai terbakar.
Tempat tidur, lemari, boneka, baju, buku. Semuanya terbakar. Udara begitu
pengap dan berasap. Asap yang tebal dan panas membuat bernapas begitu sulit. ku
terbatuk-terbatuk. Jalan keluar sudah tidak ada. Api sudah menjilati setiap
sisi pintu kamar. Aku terbatuk lagi. Pandanganku mulai terasa mengabur. Mama,
Papa, di mana kalian? Aku takut. Sangat takut. Jantungku yang semula terus
berpacu, kini mulai melemah. Air mata yang tertumpah sudah habis tak bersisa.
Segala teriakan percuma. Tubuh ini sudah tak mampu lagi melawan, lemas tak
berdaya. Hanya mampu menunggu ajal yang akan datang. Tak pernah terpikir olehku
kematian akan terasa begitu dekat. Aku menunggu dan menunggu. Menunggu rasa
sakit membara yang akan segera tiba. Tanpa disangka, sebuah tangan dating menghampiri.
Memeluk tubuhku yang sudah rapuh.
Detail Buku:
Judul : Kristal
Penulis : Wina Natalia
Penulis : Wina Natalia
Penerbit : PT Grasindo
ISBN : -
Tebal : -
ISBN : -
Tebal : -
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Kristal “, karya
terbaru Wina Natalia. Untuk mendownload novel “
Kristal “ karya Wina Natalia silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “
Kristal “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya,
silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar