Mendayung Impian by Reyhan M. Abdurrohman

Mendayung Impian By Reyhan M. Abdurrohman

“Ibu akan membahas tentang citacita. Kalau Ibu boleh tahu, apa sih citacita kalian jika sudah besar nanti?” Seperti biasa, Bu Guru Tania selalu mengajar dengan ramah. Senyum selalu tersungging di bibirnya. Tidak ada satu pun murid di kelas yang menjawab. Mereka malah berdiskusi pelan dengan teman sebangkunya. Malah ada yang memilih diam seperti fotofoto pahlawan di kanan kiri atas dinding ruang kelas. Seperti halnya Vano. Anak berwajah oriental serta berambut jabrik itu diam. Bukan diam tanpa arti, tapi ia sedang fokus berpikir. Memikirkan apa yang akan ia jawab nanti. Apa yang sebenarnya ia citacitakan. “Siapa yang ingin jadi polisi?” Bu Guru Tania berusaha memancing mereka. Karena sedari pertanyaan Bu Guru Tania terlontar tadi, tidak ada satu pun yang bersuara. “Saya, Bu!” teriak Riko dan Cepi serempak sembari mengangkat tangannya, menunjuk langitlangit. “Saya juga, Bu!” susul Agus, Fiko, dan Rean ikutikutan. “Bagus. Terus, siapa yang ingin jadi dokter?” pancing Bu Guru Tania lagi. “Saya, Bu!” Giliran Siska, Bimo, David, dan Rahma yang mengangkat tangannya serempak. “Saya juga deh, Bu,” kata Maria terlambat. “Saya kok ingin jadi dokter juga ya, Bu?” Rean menambahkan. Rupanya ia sedang kebingungan dengan citacitanya.

Baca juga


Memang mencoret bangku dan tembok dilarang. Siapa pun akan didenda jika ketahuan melakukan hal merusak itu. Semua mata murid sekelas menatap Vano yang masih menunduk. Perlahan ia menurunkan tangan, masihmenunduk, tak berani mengangkat wajahnya. Betapa gugupnya ia saat itu “Bagus. Hanya Vano saja? Yang lain?” Wajah Bu Guru Tania kembali berseri Wajah murid-murid tersebut kembali ke arah depan. Namun kembali hening. Beberapa murid pun menggeleng. “Kenapa pengen jadi guru, Vano?” Vano diam. Semua mata teman-teman kembali memandangnya, menunggu setiap kata yang keluar dari bibirnya.Merasa diperhatikan seperti itu, Vano jadi semakin gugup untuk menjawab. Pelan, ia angkat kepalanya dan menatap foto Ki Hajar Dewantara di pojok kiri atas. Foto tersebut seperti tersenyum padanya. Vano pun membalasnya.  Karena ingin ikut mencerdaskan bangsa, Bu,” jawabnya penuh kemantapan. Sengaja ia mengutip kalimat dari pembukaan Undang-Undang Dasar.“Bagus sekali, Vano. Perjuangkan cita-cita mulia tersebut.

Detail Buku:

Judul         : Mendayung Impian
Penulis      :
Mohammad Abdurrohman
Penerbit     : PT Elex Media Komputindo
ISBN         : 978-602-02-5056-4
Tebal         :
-

Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Mendayung Impian “, karya terbaru Mohammad Abdurrohman. Untuk mendownload novel  “  Mendayung Impian “ karya Mohammad Abdurrohman silahkan klik di sini.

Terima kasih telah membaca “  Mendayung Impian “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.

Posting Komentar

0 Komentar