Sebuah bus kota sarat penumpang
berhenti di halte, di depan sebuah SMA. Halte sesak oleh pelajar berseragam
putih abu-abu yang sedang menunggu bus, plus yang sedang nongkrong nongkrong. Beberapa
saat kemudian, bus pergi meninggalkan halte, meninggalkan asap hitam pekat. Setelah asap menipis,
yang tersisa di sana hanya segerombolan murid perempuan yang sedang berceloteh seperti
burung parkit; seorang murid laki-laki berkacamata tebal, seorang murid
perempuan berponi pagar dan seorang murid perempuan dengan rambut panjang
terurai. Si perempuan berambut panjang
memperhatikan murid berponi itu yang duduk jauh di sebelah kanan, dengan penuh minat dari
ujung kepala sampai kaki. Ada yang menarik, entah apa. Menyadari sedang
diperhatikan, si perempuan berponi menatap perempuan berambut panjang yang cepat-cepat memalingkan
mukanya. Si perempuan berambut panjang memandang jam tangannya, berharap orang
yang sedang ditunggunya segera datang dan membawanya pergi dari keadaan
canggung tersebut. Tak lama kemudian, sepeda motor merah yang dikendarai
seorang laki-laki berseragam putih abu-abu berhenti di depan halte tersebut.
Bukan untuk menjemput si perempuan berambut panjang, karena si laki-laki
menyodorkan helm kepada si perempuan berponi yang bergegas menghampirinya. Mereka
pun pergi Si perempuan berambut panjang memperhatikan kepergian mereka dari
sudut matanya.
Baca juga
- Di Bawah Menara Fatimiah by Dany Novery
- Everything I Do by Anjar Anastasia
- Falling Star by Christina Tirta
Ketika mereka tidak terlihat lagi, ia mulai berkutat dengan
lamunannya sampai sebuah Picanto berhent di depannya dan pengendaranya
membunyikan klakson. Ia segera masuk dan duduk di kursi depan, di sebelah
perempuan setengah baya yang terlihat masih segar dan menarik. "Maaf, Ibu
telat," ujarnya dari balik kemudi. "Gimana rapornya?" lanjutnya
sambil memajukan mobil perlahan "Bagus,"
ujar singkat si perempuan berambut panjang. Ia tidak suka membicarakan nilai. Ibunya
tersenyum dengan pandangan lurus ke depan. Hening sejenak. "Sekarang Ibu
antar kamu ke bengkel, setelah itu Ibu kembali lagi ke toko. Bintang, nggak
apa-apa kan pulang sendiri?" lanjut sang ibu. "Iya," ujarnya
pelan, pikirannya sibuk mencari-cari bayangan perempuan berponi tadi. Dua kotak
kardus berada di pelukan Bintang. Ia berdiri di depan pintu, di sebelah deretan
pintu yang tertutup. Sebuah kardus terletak di sebelah kaki ibunya yang sedang
memasukkan kunci. Pintu terbuka. Bintang langsung masuk, disusul ibunya yang
menyeret kardus. Dua kardus di pelukan Bintang kini sudah terletak di lantai.
Bintang sedang memijat-mijat lengannya yang egal ketika ibunya duduk di atas
ranjang berukuran single di sebelahnya. "Ini kosannya. Deket banget ke
kampus kamu," ujar sang ibu sambil menghempaskan tubuhnya di tempat tidur
dan menghembuskan napas lega.
Detail Buku:
Judul : Hujan Dan Teduh
Penulis : Wulan Dewatra
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : -
Tebal : -
ISBN : -
Tebal : -
Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Hujan Dan Teduh “, karya terbaru Wulan Dewatra. Untuk mendownload novel “ Hujan Dan Teduh “ karya Wulan Dewatra silahkan klik di sini.
Terima kasih telah membaca “ Hujan Dan Teduh “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar