Rabu, 29 Agustus 2018

Hujan dan Teduh by Wulan Dewatra

Hujan dan Teduh by Wulan Dewatra

Sebuah bus kota sarat penumpang berhenti di halte, di depan sebuah SMA. Halte sesak oleh pelajar berseragam putih abu-abu yang sedang menunggu bus, plus yang sedang nongkrong nongkrong. Beberapa saat kemudian, bus pergi meninggalkan halte, meninggalkan asap hitam pekat. Setelah asap menipis, yang tersisa di sana hanya segerombolan murid perempuan yang sedang berceloteh seperti burung parkit; seorang murid laki-laki berkacamata tebal, seorang murid perempuan berponi pagar dan seorang murid perempuan dengan rambut panjang terurai. Si perempuan berambut panjang memperhatikan murid berponi itu yang duduk jauh di sebelah kanan, dengan penuh minat dari ujung kepala sampai kaki. Ada yang menarik, entah apa. Menyadari sedang diperhatikan, si perempuan berponi menatap perempuan berambut panjang yang cepat-cepat memalingkan mukanya. Si perempuan berambut panjang memandang jam tangannya, berharap orang yang sedang ditunggunya segera datang dan membawanya pergi dari keadaan canggung tersebut. Tak lama kemudian, sepeda motor merah yang dikendarai seorang laki-laki berseragam putih abu-abu berhenti di depan halte tersebut. Bukan untuk menjemput si perempuan berambut panjang, karena si laki-laki menyodorkan helm kepada si perempuan berponi yang bergegas menghampirinya. Mereka pun pergi Si perempuan berambut panjang memperhatikan kepergian mereka dari sudut matanya. 

Ketika mereka tidak terlihat lagi, ia mulai berkutat dengan lamunannya sampai sebuah Picanto berhent di depannya dan pengendaranya membunyikan klakson. Ia segera masuk dan duduk di kursi depan, di sebelah perempuan setengah baya yang terlihat masih segar dan menarik. "Maaf, Ibu telat," ujarnya dari balik kemudi. "Gimana rapornya?" lanjutnya sambil memajukan mobil perlahan  "Bagus," ujar singkat si perempuan berambut panjang. Ia tidak suka membicarakan nilai. Ibunya tersenyum dengan pandangan lurus ke depan. Hening sejenak. "Sekarang Ibu antar kamu ke bengkel, setelah itu Ibu kembali lagi ke toko. Bintang, nggak apa-apa kan pulang sendiri?" lanjut sang ibu. "Iya," ujarnya pelan, pikirannya sibuk mencari-cari bayangan perempuan berponi tadi. Dua kotak kardus berada di pelukan Bintang. Ia berdiri di depan pintu, di sebelah deretan pintu yang tertutup. Sebuah kardus terletak di sebelah kaki ibunya yang sedang memasukkan kunci. Pintu terbuka. Bintang langsung masuk, disusul ibunya yang menyeret kardus. Dua kardus di pelukan Bintang kini sudah terletak di lantai. Bintang sedang memijat-mijat lengannya yang egal ketika ibunya duduk di atas ranjang berukuran single di sebelahnya. "Ini kosannya. Deket banget ke kampus kamu," ujar sang ibu sambil menghempaskan tubuhnya di tempat tidur dan menghembuskan napas lega. 

Detail Buku:

Judul         : Hujan Dan Teduh
Penulis      : Wulan Dewatra
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -


Itulah sekelumit sinospis yang diangkat dalam novel “ Hujan Dan Teduh “, karya terbaru Wulan DewatraUntuk mendownload novel  “  Hujan Dan Teduh “ karya Wulan Dewatra silahkan klik di sini.

Terima kasih telah membaca “  Hujan Dan Teduh “, untuk ebook, buku, novel dan karya menarik yang lainnya, silahkan kunjungi di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar